Pemuda Ini Raup Cuan dari Olah Daun Talas jadi Tembakau Berkualitas

Sariagri.id - Daun talas (Colocasia esculenta L) biasanya dianggap sebagai gulma dan hanya untuk bahan pakan ikan. Namun di tangan Muhammad Nursalim, pemuda Desa Sumberurip, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, daun talas diolah menjadi bahan tembakau berkualitas. “Awalnya banyak warga sekitar desa sini yang tidak tahu cara pemanfaatan daun talas untuk dijadikan bahan tembakau pabrik rokok. Saya coba browsing ke internet dan Youtube. Dari situ saya dapat informasi dan tahu bagaimana proses pengolahan daun talas menjadi tembakau berkualitas sehingga bisa mendatangkan uang,” beber Muhammad Nursalim kepada Sariagri.id, Rabu (16/3/2022).   Nursalim menjelaskan tidak semua daun talas bisa digunakan untuk bahan baku rokok. Hanya ada tiga jenis yang bisa digunakan yaitu talas beneng (Colocasia esculentum), talas kajar atau talas padang (Colocasia gigantean), dan talas nampu (Homalomenae javanica) “Ada sekitar 10 jenis talas yang tidak bisa dijadikan bahan tembakau seperti keladi, seratah, talas belitung, dioscorea japonica, araceae, bira, alocasia, alocasia odora, alocasia wentii dan xanthosoma violaceum. Ke-10 talas ini hanya cocok dijadikan tanaman hias saja,” jelasnya. Khusus untuk usaha yang saat ini tengah dikembangkan dan ditekuninya dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, yaitu talas beneng. Nur Salim mengatakan rasa tembakau daun talas beneng tak jauh beda dengan tembakau asli. Selain soal rasa, tembakau daun talas beneng juga tidak mengandung nikotin sehingga tidak mengganggu kesehatan. “Daun tanaman talas beneng dari referensi yang saya baca mengandung berbagai zat yang baik untuk kesehatan, mulai dari saponin, flavonoid, dan polifenol. Karenanya tidak heran jika daunt alas beneng bisa dimanfaatkan untuk bahan baku rokok sebagai pengganti tembakau,” katanya. Dia menjelaskan proses pembuatan daun talas beneng menjadi tembakau bahan baku utama rokok. “Tahapannya diawali dengan pemisahan tangkai dan pelepah daun talas. Lalu dikeringkan dan kemudian dirajang halus seperti layaknya proses daun tembakau. usai dirajang dan ditata diatas papan anyaman bambu, daun talas selanjutnya di jemur di tengah terik matahari selama 3 hari hingga benar benar kering,” urainya. Setelah kering, tambakau daun talas siap dikemas untuk dipasarkan ke sejumlah pelanggan baik dalam maupun luar negeri. "Awalnya saya pasarkan lewat medsos. Dari hari ke hari pemesan semakin banyak tidak hanya konsumen dalam negeri. Bahkan bisa tembus sampai luar negeri yakni ke Australia,’’ katanya. Saat ini, dia banyak mendapat pesanan tembakau daun talas dari wilayah Kediri, Jombang, Surabaya dan Jawa Tengah. "Harga untuk tembakau daun talas ini tidak jauh berbeda dengan tembakau asli. Saya membandrolnya Rp14.000 sampai Rp17.000 perkilo," katanya. Dalam sepekan, dia dibantu sejumlah pekerja mampu memproduksi tembakau daun talas beneng mencapai 2 kuintal. Sedangkan untuk harga ekspor, per kilogram (kg) biasa dihargainya antara Rp15.000 hingga Rp20.000. “Khusus ekspor kualitas grade A, tembakau daun talas beneng dihargai sekitar Rp20 juta per ton,” terangnya. Usahanya kini semakin maju dan kebanjiran order. Untuk memenuhi permintaan pasar, dia mengajak beberapa tetangga untuk membantunya. "Sekarang sudah ada 8 tetangga yang saya ajak usaha ini. Ada yang bagian memanen umbinya untuk disetor ke pabrik di Malang. Nanti yang bagian nyortir dan mengiris daun ada sendiri. Sekarang pesanan rajangan daun makin banyak," ucapnya. Bahkan untuk tetap bisa menjaga stok, Nursalim juga menjual bibit kepada petani lain yang berminat membudidayakan talas beneng. “Karena terbukti, tanaman ini bisa menghasilkan cuan hingga puluhan juta tiap pekan. Mulai dari umbi, batang sampai daunnya,” pungkasnya. Video:  
http://dlvr.it/SLmcDc

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama