Peneliti: Penyakit Darah Pisang Sudah Menyebar di Indonesia

Sariagri - Seorang senior plant pathologist dari Northern Territory Government, Australia, Jane Ray mengatakan penyakit darah pisang (blood disease of banana/BDB) sudah menyebar di beberapa provinsi di Indonesia.Hal itu disampaikan Jane saat membawakan materi dalam program Guest Lecture Series, IPB University. Materi ini merupakan bagian dari studi doktoral Jane Ray di The University of Queensland dimana penelitian lapangannya dilaksanakan di Yogyakarta, Indonesia.Jane menjelaskan, Indonesia merupakan pusat biodiversitas tanaman pisang (Musa sp.). Penyakit darah pisang (Blood Disease of Banana/BDB) yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia syzygii subsp. Celebesensis merupakan salah satu penyakit penting pada pisang selain penyakit layu dan moko.“Penyakit BDB di Indonesia pertama kali ditemukan di sebuah pulau kecil di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 1905. Setelah laporan penyakit BDB tahun 1907 di Sulawesi Barat, penyakit BDB ini baru kembali dilaporkan pada tahun 1987 di daerah Jawa Barat. Hasil penelitian saya tahun 2021, penyakit BDB di Indonesia telah menyebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, Sumbawa, hingga Maluku,” kata Jane dikutip dari laman IPB University.Selain meneliti sebaran BDB, Jane juga menyebutkan bahwa aspek biologi dari penyakit ini sangat penting dilakukan sebagai salah satu bagian dari pengendalian penyakit yang terintegrasi.Gejala khas penyakit BDB berupa daun nekrosis dan layu, bagian dalam buah pisang muda yang terinfeksi berwarna kecoklatan dan adanya warna kemerahan seperti darah pada bagian jaringan pembuluh angkut.Hasil studi Jane di lapangan diketahui bahwa penyakit BDB ini dapat ditularkan secara mekanis, perantara serangga, kelelawar, burung dan aktivitas manusia serta tmanana induk ke anakan.“Penggunaan alat pertanian yang steril, bahan tanam yang sehat, sanitasi dapat mencegah penularan dan menekan penyebaran penyakit,” ungkapnya.Jane menyebutkan, salah satu komponen penting dalam pengendalian penyakit BDB ini yaitu dengan teknik deteksi yang spesifn akik daurat. Lebih lanjut, Jane menjelaskna, perakitan teknik deteksi menggunakan real-time Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan sepasang primer yang sekuennya diambil dari bagian kromosom bakteri berhasil mendeteksi R. syzygii subsp. celebesensis secara spesifik dari berbagai wilayah."Perlu adanya penelitian lanjutan seperti alternatif strategi pengendalian, screening varietas tahan, studi penularan BDB melalui tanah dan air, serta identifikasi keragaman genetik R. syzygii subsp. celebesensis untuk mengetahui ada atau tidaknya strain bakteri tersebut," pungkas Jane.
http://dlvr.it/SNckry

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama