Gonta-ganti Kebijakan, Harga Minyak Goreng Curah Masih Mahal

Sariagri - Persoalan minyak goreng di negeri ini belum juga terselesaikan. Pemerintah telah gonta-ganti jurus tapi hasilnya masih jauh dari harapan. Mahalnya harga minyak goreng membutuhkan solusi tepat dan cepat sehingga tidak semakin memberatkan masyarakat.  Kenaikan harga minyak goreng telah terjadi sejak akhir tahun 2021. Kebijakan satu harga minyak goreng, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng tidak mampu meredam gejolak. Kebijakan pemerintah lainnya, yaitu pemberikan subsidi minyak goreng curah justru menimbulkan permasalahan dari sisi produsen karena biaya produksi berbeda-beda. Dampaknya harga minyak goreng curah malah jauh dari ketetapan HET yang telah ditetapkan sebesar Rp14.000. Harga minyak goreng curah tetap tinggi karena biaya produksinya juga tinggi. Berbeda dengan program mandatori biodiesel atau B30, subsidi untuk minyak goreng curah bersifat datar atau flat. Sementara harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar dunia masih fluktuatif. Selain itu stok minyak goreng di sejumlah pasar masih relatif terbatas. Produksi biodiesel turut memengaruhi pasokan minyak goreng di pasaran karena produk turunan CPO lebih banyak digunakan untuk kebutuhan bahan bakar nabati. Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mencatat terjadi peningkatan pangsa produksi CPO untuk bahan bakar nabati sebesar 24 persen dari 2019 hingga 2020. Akibatnya terjadi penurunan pangsa CPO yang diolah menjadi komoditas pangan seperti minyak goreng. Sejak tahun 2019 tren produksi CPO di tanah airn mengalami penurunan. Berdasarkan laporan Outlook 2022 Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC), stok akhir CPO di bawah tingkat rata-rata 4 juta ton. Sebaliknya, kebutuhan CPO untuk produksi biofuel justru menunjukkan kecenderungan meningkat dari 5,83 juta ton pada 2019 menjadi 7,38 juta ton pada 2021. "Jumlah tersebut diperkirakan meningkat pada 2022 seiring dengan meningkatnya konsumsi biodiesel yang diperkirakan GAPKI berjumlah 8,83 juta ton," tukas Felippa," ujar peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkapkan, CIPS Felippa Amanta. Umumnya minyak goreng di Indonesia dihasilkan dari CPO yang harganya dipengaruhi harga CPO internasional yang sepanjang 2021 harganya naik 36,3 persen dibanding tahun sebelumnya. Indeks Bulanan Rumah Tangga (Indeks BuRT) CIPS menunjukkan, harga minyak goreng di DKI Jakarta Rp18.505 per liter pada Maret 2022. Angka itu naik 32,18 persen dibandingkan sebelumnya. "Tingginya harga tersebut disebabkan antara lain oleh kekurangan pasokan di tengah meningkatnya permintaan di banyak bagian dunia karena belum pulihnya ekonomi akibat gelombang kedua COVID-19," tandasnya. Industri kelapa sawit, terutama perkebunan milik BUMN perlu meningkatkan produktivitas melalui perbaikan pengelolaan sumber daya dengan mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan. Ini menjadi kunci pemenuhan permintaan minyak sawit dunia yang diprediksi meningkat sebesar 6,5 persen pada 2022.
http://dlvr.it/SNcrqd

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama