Ekspor Minyak Sawit Disetop, Keberadaan BPDPKS Tak Relevan Lagi

Sariagri - Keberadaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menjadi sorotan wakil rakyat. Betapa tidak, lembaga yang selama ini mengelola dana dari hasil ekspor sawit ini menjadi tidak relevan ketika pemerintah melarang ekspor minyak sawit dan turunannya. Setidaknya inilah yang diungkapkan Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto, tentang BPDPKS. “Sesuai Peraturan Pemerintah No. 24/2015 dana yang dikelola BPDPKS ini kan utamanya dari pungutan ekspor sawit. Kalau tidak ada ekspor sawit dan turunannya maka berarti tidak ada objek yang dipungut. Artinya tidak ada lagi dana pungutan sawit yang akan dikelola. Praktis BPDPKS menjadi tidak relevan,” ujar Mulyanto Selain itu Mulyanto mendesak BPK memeriksa secara khusus pengelolaan dana pungutan sawit ini. BPK harus memeriksa apakah pengelolaan dana tersebut sudah efisien-berkeadilan dan sudah tepat sasaran. Khususnya terkait dengan subsidi biofuel. Pasalnya, pada saat harga CPO jatuh, penggunaan biofuel dalam campuran solar sebagai instrumen untuk menyerap produk sawit cukup efektif. Upaya ini membantu menstabilkan harga CPO sekaligus mengurangi impor BBM. Selain itu dapat meningkatkan kontribusi sumber EBT (energi baru terbarukan) dalam negeri. “Namun ketika harga CPO dunia melambung tinggi, seperti sekarang ini, maka logika dasar tersebut sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Beban subsidi biofuel menjadi selangit. Dari data yang ada, sampai akhir tahun 2021 dana pungutan sawit yang digunakan untuk subsidi industri biofuel sebesar Rp110 triliun atau sekitar 80 persen dari dana sawit yang terkumpul di BPDPKS. Ini jumlah yang sangat besar dan memberatkan,” tegas Mulyanto. Selain itu, BPDPKS juga ditengarai menelantarkan program peremajaan sawit rakyat, yang faktanya dianggarkan tidak sampai 5 persen dari anggaran BPDPKS. “Padahal peremajaan sawit rakyat adalah ruh dibentuknya BPDPKS ini. Di sisi lain, pengusaha refinery pemasok biofuel, yang secara otomatis menerima dana subsidi tersebut, ditengarai adalah perusahaan raksasa sawit yang itu-itu juga. Dana subsidi biofuel yang mereka terima lebih besar dari pungutan sawit yang mereka bayarkan,” ungkap Mulyanto.
http://dlvr.it/SPKGkJ

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama